POPULASI
DAN SAMPEL
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Sosiolinguistik
pada program Pascasarjana IAIN Parepare
Oleh
RAODHATUL
JANNAH
NIM : 17.0212.007
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang "Populasi dan Sampel”.
Makalah ini telah Penulis susun dengan maksimal, namun pnulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Parepare, 30 April 2018
Raodhatul Jannah
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI..................................................................................................
ii
ABSTRAK..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Populasi
dan Sampel....................................................................... 2
B.
Teknik Sampling..............................................................................
5
C. Teknik Penentuan Jumlah Sampel.................................................. 11
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan.........................................................................................
14
Daftar
Pustaka............................................................................ 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan
baik, seorang peneliti harus memahami konsep populasi dan sampel. Populasi
merupakan keseluruhan objek/subjek penelitian, sedangkan sampel merupakan
sebagian atau wakil yang memiliki karakteristik representasi dari populasi.
Untuk dapat menentukan atau menetapkan sampel yang tepat diperlukan pemahaman
yang baik dari peneliti mengenai sampling, baik penentuan jumlah maupun dalam
menentukan sampel mana yang diambil. Kesalahan dalam menentukan populasi akan
berakibat tidak tepatnya data yang dikumpulkan sehingga hasil penelitian pun
tidak memiliki kualitas yang baik, tidak representatif, dan tidak memiliki daya
generalisasi yang baik.
Pemahaman peneliti mengenai populasi dan
sampel merupakan hal yang esensial. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang
mendalam tentang populasi dan sampel tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah untuk makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana definisi
populasi dan sampel?
2.
Apa yang
dimaksud dengan teknik sampling?
3.
Bagaimana
teknik penentuan jumlah sampel?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Populasi
dan Sampel
Suatu
penelitian dapat dilaksanakan dengan baik apabila seorang peneliti memahami
konsep populasi dan sampel. Beberapa
pengertian populasi antara lain bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.[1]
Dalam
pengertian yang sama, disebutkan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.[2]
Jadi sangat jelaslah bahwa populasi dapat berupa dan berbentuk apa saja,
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu
yang dapat diteliti.
Sampel
adalah sebagian dari populasi. Sedangkan
menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.[3]
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang
ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
keseluruhan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek itu.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representatif “mewakili”.
Hal utama dalam penarikan sampel
ialah penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan akan diwakili oleh
sampel dalam penelitian. Akan tetapi, apabila kita tidak mampu mencapai seluruh
populasi sasaran, maka kita harus menetapkan ciri-ciri bagian populasi yang
dapat dijangkau “accessible population”. Dari populasi yang dapat
dijangkau inilah peneliti mengambil sampel bagi penelitiannya yang dapat
mencerminkan populasinya.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian
dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi mengungkapkan beberapa alasan
tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter
yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti
itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat
besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid
sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari
banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka
semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di
wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk
mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu
yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu,
apabila waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera,
maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat
dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya,
tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk
diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi
yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian,
dalam hal ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian
terhadap populasi belum tentu ketelitian terjamin. Boleh jadi peneliti akan
bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh
seorang peneliti; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya,
waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan
penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih
ekonomis daripada penelitian populasi.[4]
B.
Teknik
Sampling
Metode
dalam penentuan sampel dan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif
disebut teknik sampling. Dalam hal ini, peneliti dapat menggunakan beberapa
teknik sampling atau teknik pengambilan sampel. Secara skematis, teknik sampling ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:[5]
TEKNIK SAMPLING
|
Probability Sampling
|
Non Probability Sampling
|
1. Simple random sampling
2. Proportionate stratified random
sampling
3. Disproportionate stratified
random sampling
4. Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)
|
1. Sampling sistematis
2. Sampling kuota
3. Sampling incidental
4. Purposive Sampling
5. Sampling jenuh
6. Snowball sampling
|
Gambar 2.1 Macam Teknik Sampling
1.
Probability
Sampling
Probability
Sampling adalah teknik sampling yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
Teknik sampel ini meliputi:
a.
Simple Random Sampling
dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simple random sampling adalah teknik untuk
mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian
setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang
yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam
suatu populasi tidak terlalu besar. Misalnya, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa
program S1 (unit Sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari
populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal,
maupun table bilangan random.[6]
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang
mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik
ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen. Dan berstrata secara
proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai
latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya
jumlah mahasiswa jurusan Tarbiyah dan Adab ada 150 orang, jumlah mahasiswa
jurusan Syariah ada 120 orang dan jumlah mahasiswa jurusan Komunikasi dan
Dakwah sejumlah 100 orang. Apabila peneliti akan mengklasifikasikan sampel
menurut jurusan sebanyak 5%, maka cara mencari sampel untuk setiap jurusan
adalah:
Tabel 2.1 Jumlah Populasi
Mahasiswa jurusan
Tarbiyah dan Adab
|
150
|
Mahasiswa jurusan
Syariah
|
120
|
Mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Dakwah
|
100
|
Jumlah
|
370
|
Untuk tingkat signifikansi 5%, maka jumlah populasi mengacu kepada
tabel Isaac and Michael maka jumlah sampel yang diperlukan adalah sebanyak 180
mahasiswa.
Selanjutnya adalah menghitung jumlah sampel untuk tiap jurusan,
dengan rumus sebagai berikt:
1.
Untuk Jurusan
Tarbiyah dan Adab sebanyak:
n =
150/370 x 180 = 73 mahasiswa
2.
Untuk Jurusan
Syariah sebanyak:
n =
120/370 x 180 = 58 mahasiswa
3.
Untuk Jurusan
Komunikasi dan Dakwah sebanyak:
n =
100/370 x 180 = 49 mahasiswa.
Teknik Proportionate
Stratified Random Sampling digunakan bila populasi mempunyai
anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah
sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai
dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90
orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang
lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua
kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.[7]
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik ini disebut juga cluster random
sampling. Teknik ini digunakan bilamana populasi tidak
terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok
individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk
dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.[8]
Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Contoh
pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling adalah, di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan
sampelnya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di
Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified
random sampling. Contoh lainnya bila penelitian dilakukan terhadap populai
pelajar SMU disuatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada semua
pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. Teknik
sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada
pada daerah itu secara sampling juga.
2.
Nonprobability Sampling
Nonprobability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a.
Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu
diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang
diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b.
Sampling Kuota
Sampling
kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Dalam teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel
diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok.
Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah
terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.
Sebagai contoh, akan melakukan penelitian
terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah
jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang,
maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan
karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
c.
Sampling Insidental
Sampling
insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data.
Dalam
teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari
unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai
pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit
sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang
dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
d.
Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive
sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan
kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang
dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
e.
Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah
lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.[9]
f.
Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih
teman temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball.
Cara ini banyak dipakai ketika
peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu
atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena
peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama
untuk rnenunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya,
seorang peneliti ingin mengetahui pandangan wanita terhadap poligami. Peneliti
cukup mencari satu orang wanita dan kemudian melakukan wawancara. Setelah
selesai, peneliti tadi minta kepada wanita tersebut untuk bisa mewawancarai
teman lainnya.
C.
Teknik
Penentuan Jumlah Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan
perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum,
untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang
baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15
dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum
adalah 100.[10]
Untuk menentukan jumlah sampel yang
diambil, berikut beberapa formula yang ditawarkan oleh para ahli.
1.
Penentuan jumlah sampel
dengan menggunakan Rumus
Slovin
Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus slovin dinyatakan sebagai:
n =
n = sampel; N =
populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.[11]
Misalnya,
jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
= 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23,
dibulatkan 95
2.
Rumus dari Isaac dan Michael
Metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael
adalah cara untuk menentukan jumlah sampel yang memenuhi syarat berikut: (1)
diketahui jumlah populasinya; (2) pada taraf kesalahan (significance level)
1%, 5% dan 10%
P = Q = 0,5. d= 0,05, s = jumlah
sampel
Berikut diberikan tabelnya :
Tabel
2.1 Tabel Penentuan Jumlah Sampel dengan Taraf Kesalahan 1%, 5% dan 10%
N
|
Signifikansi
|
N
|
Signifikansi
|
||||
1%
|
5%
|
10%
|
1%
|
5%
|
10%
|
||
10
|
10
|
10
|
10
|
280
|
197
|
155
|
138
|
15
|
15
|
14
|
14
|
290
|
202
|
158
|
140
|
20
|
19
|
19
|
19
|
300
|
207
|
161
|
143
|
25
|
24
|
23
|
23
|
320
|
216
|
167
|
147
|
30
|
29
|
28
|
28
|
340
|
225
|
172
|
151
|
35
|
33
|
32
|
32
|
360
|
234
|
177
|
155
|
40
|
38
|
36
|
36
|
380
|
242
|
182
|
158
|
45
|
42
|
40
|
39
|
400
|
250
|
186
|
162
|
50
|
47
|
44
|
42
|
420
|
257
|
191
|
165
|
55
|
51
|
48
|
46
|
440
|
265
|
195
|
168
|
60
|
55
|
51
|
49
|
460
|
272
|
198
|
171
|
65
|
59
|
55
|
53
|
480
|
279
|
202
|
173
|
70
|
63
|
58
|
56
|
500
|
285
|
205
|
176
|
75
|
67
|
62
|
59
|
550
|
301
|
213
|
182
|
80
|
71
|
65
|
62
|
600
|
315
|
221
|
187
|
85
|
75
|
68
|
65
|
650
|
329
|
227
|
191
|
90
|
79
|
72
|
68
|
700
|
341
|
233
|
195
|
95
|
83
|
75
|
71
|
750
|
352
|
238
|
199
|
100
|
87
|
78
|
73
|
800
|
365
|
243
|
202
|
110
|
94
|
84
|
78
|
850
|
373
|
247
|
205
|
120
|
102
|
89
|
83
|
900
|
382
|
251
|
208
|
130
|
109
|
95
|
88
|
950
|
391
|
255
|
211
|
140
|
116
|
100
|
92
|
1000
|
399
|
258
|
213
|
150
|
122
|
105
|
97
|
1100
|
414
|
265
|
217[12]
|
Berdasarkan
rumus tersebut dapat di hitung jumlah
sampel dari populasi mulai dari 10. Dari tabel diatas terlihat bahwa, makin
besar taraaf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh :
untuk populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1 % jumlah sampelnya 399, untuk
taraf kesalahan 5 % jumlah sampelnya
258 dan untuk tarafnya 10% jumlah
sampelnya 213.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
pemaparan materi di bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat dipetik dalam makalah
ini adalah:
1.
Populasi
merupakan keseluruhan objek/subjek penelitian, sedangkan sampel adalah bagian
dari populasi yang dipilih dengan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat
mewakili populasi.
2.
Teknik sampling
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability
sampling. Probability sampling meliputi, simple random,
proportionate stratified random, disproportionate tratified random dan area
random. Nonprobability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota,
sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball
sampling.
3.
Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil,
dapat dilakkan dengan dua cara yaitu dengan penentuan jumlah sampel
dengan menggunakan Rumus Slovin
dan rumus dari Isaac dan Michael
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian
Pendidika. Jakarta: Rineka Cipta.
Martono, Nanang. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi
dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Grafindo Persada.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Kombinasi”. Bandung: Alfabeta.
Yuni. “Chapter 4 Metode Penelitian”. Diakses dari situs pribadi http://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/
[1]Sugiyono, Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 119.
[3]Sugiyono, Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 120.
[5]Sugiyono, Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 122.
[6]Sugiyono, Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 123.
[7]Sugiyono, Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 123.
[9]Sugiyono, Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 126.
[10]Ambar Retno, Populasi
dan Sampel, diakses dari website resmi https://www.academia.edu/11312318/POPULASI_DAN_SAMPEL (diakses tanggal
27 April 2018).
[11]Yuni, “Chapter
4 Metode Penelitian” diakses dari situs pribadi http://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/ (diakses tanggal 28 April 2018).
[12]Sugiyono, Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 131.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar