Selasa, 10 April 2018

Penggunaan Kalimat (Utilization of Sentences)




PENGGUNAAN KALIMAT

(UTILIZATION OF SENTENCES)

















Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah

Psikolinguistik pada program Pascasarjana IAIN

Parepare





Oleh:

Raodhatul Jannah

Nim: 17.0212.007









PROGRA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PAREPARE

2018

KATA PENGANTAR

            Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan ringkasan materi tentang "Penggunaan Kalimat”.

            Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki ringkasan materi ini.

            Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Parepare, 10 April 2018





Raodhatul Jannah



















DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang................................................................................ 1

B.    Rumusan Masalah........................................................................... 2

C.    Tujuan Penulisan............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A.    Mengapa Orang Mendengarkan...................................................... 3

B.    Merekam Pernyataan....................................................................... 6

C.    Menjawab Pertanyaan Ya/Tidak..................................................... 8

D.    Menjawab Pertanyaan WH-............................................................ 9

E.    Mengikuti Instruksi/Perintah........................................................... 9

F.     Penggunaan Tidak Langsung dari Tuturan..................................... 10

BAB III PENUTUP

A.    Simpulan.......................................................................................... 14

B.    Saran................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Manusia berkomunikasi karena menghendaki sebuah tujuan, baik itu untuk menegaskan keyakinan, untuk meminta pertolongan, untuk menjanjikan suatu tindakan, untuk memberi selamat atau untuk bertanya mengenai suatu informasi. Komunikasi memungkinkan manusia untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat dan ide mereka kepada pendengar. Selanjutnya, tugas pendengar adalah untuk merespon atau membalas tuturan dari pembicara. Pendengar akan melalaikan tujuan tersebut apabila tidak mampu menangkap tujuan dari pembicaraan dan bertindak sesuai keinginan pembicara yaitu untuk mencatat keyakinan pembicara, memberikan bantuan, mencatat janji yang diberikan, menerima ucapan selamat, dan memberi informasi yang dibutuhkan pembicara.

Psikolinguistik membahas tentang kajian bahasa dari aspek psikologi yang memungkinkan untuk tercapainya tujuan komunikasi. Pembicara tidak selalu menyampaikan tuturan mereka secara jelas dalam kalimat yang dituturkan, namun sering juga dalam bentuk yang tersirat. Dalam hal ini, peran pendengar adalah untuk mengungkap makna yang sebenarnya dari ujaran atau tuturan pembicara.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendengar untuk dapat menggunakan atau memanfaatkan kalimat sebagaimana maksud atau tujuan pembicara. Diantaranya adalah tindak tutur, preposisi dan tematik konten, memeahami pertanyaan (baik berupa pertanyaan ya/tidak maupun yang lainnya), mengikuti perintah atau araha serta memahami tuturan yang bermakna tidak langsung. Pemahaman mengenai materi ini akan memberi kemudahan bagi keberlangsungan proses komunikasi antara pembicara dan pendengar. Olehnya itu, untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai hal ini, penulis tertarik untuk menyusun ringkasan materi “Penggunaan Kalimat” berdasarkan buku Psychology and Language karya Herbert H. Clark dan Eve H. Clark.

B.    Rumusan Masalah

1.     Bagaimana proses penggunaan kalimat?

2.     Bagaimana cara menjawab pertanyaan?

3.     Bagaimana memahami tindak tutur tidak langsung?

C.    Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka tujuan dari penulisan ringkasan ini adalah:

1.     Memahami proses penggunaan kalimat.

2.     Mengetahui cara menjawab pertanyaan.

3.     Memahami makna tersirat dari tindak tutur tidak langsung.





\























BAB II

PEMBAHASAN

A.   Mengapa Orang Mendengarkan

Manusia berbicara karena sebuah tujuan, untuk menegaskan keyakinan, untuk meminta pertolongan, untuk menjanjikan suatu tindakan, untuk memberi selamat atau untuk bertanya mengenai suatu informasi. Pendengar akan melalaikan tujuan tersebut apabila tidak mampu menangkap tujuan dari pembicaraan dan bertindak sesuai keinginan pembicara yaitu untuk mencatat keyakinan pembicara, memberikan bantuan, mencatat janji yang diberikan, menerima ucapan selamat, dan memberi informasi yang dibutuhkan pembicara.

Pembicara menyampaikan tujuan mereka dalam tiga bagian dari ucapan mereka, yaitu dalam tindak tuturnya, muatan peryataan dan tema muatan. Sebagai contoh:

Apabila Kathy berkata: “Apakah George memiliki sebuah mobil?” kepada Jeff

Maka tujuan dari kalimat tersebut adalah untuk meminta suatu informasi. Kathy ingin mengetahui apakah peryataan “George memiliki sebuah mobil” benar atau salah. Namun, dia juga mengindikasikan bahwa Kathy beranggapan bahwa Jeff memiliki pengetahuan yang mampu memberi jawaban atas pertanyaannya tadi. Apabila Jeff ingin memanfaatkan kalimat dengan tepat maka harus mengetahui tiga bagian dari informasi yang diberikan, membuka ingatan mengenai jawaban yang tepat dan memberi jawaban “ya atau tidak atau mungkin”.

1.     Tindak Tutur

Tindak tutur sangat terbatas variasinya. Hanya terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dengan mengucapkan sebuah kalimat, dan hal ini menggambarkan tujuan yang terbatas yang dapat diberikan oleh kalimat tersebut. “George memiliki sebuah mobil” biasanya memiliki makna penegasan, sedangkan “apakah George memiliki sebuah mobil?” menunjukkan makna permintaan terhadap suatu informasi dan “saya memperingatkanmu bahwa George memiliki sebuah mobil” bermakna peringatan. Setiap kalimat tersebut memiliki “illocutionary force” tersendiri. Berdasarkan pendapat Searle bahwa setiap tindak tutur termasuk ke dalam salah satu dari lima kategori berikut:

a.     Representatives (perwakilan)

Pembicara, dalam dalam berucap menyampaikan kepercayaannya bahwa pernyataan tersebut benar adanya. Ketika seseorang menegaskan “George memiliki sebuah mobil”, dia juga menyampaikan kepercayaannya bahwa pernyataan “George memiliki sebuah mobil” benar.

b.     Directives (pengarahan)

Dengan memberikan pengarahan, pembicara berupaya untuk membuat pendengar melakukan sesuatu. Dengan memesan, memerintahkan, meminta, memohon pendengar untuk melakukan sesuatu perbuatan/tindakan.

c.     Commissives (komisif)

Pembicara berupaya untuk membuat pendengar berkomitmen untuk melakukan sesuatu di masa depan. Contoh utamanya adalah janji, namun kategori ini juga termasuk sumpah, kontrak, jaminan dan lain sebagainya.

d.     Declarations (deklarasi)

Apabila pembicara mengucakan deklarasi, kata-katanya membawa keadaan baru. Ketika dia berkata “Kamu dipecat, Saya mengundurkan diri, dengan ini saya menghukum Anda selama 5 tahun penjara” atau “saya menamai kapal ini dengan nama H.M.S Pinefore”. Dia mendeklarasikan, dan dengan demikian menyebabkan anda dihentikan dari pekerjaan anda, pekerjaannya jadi terhenti, anda akan menghabiskan 5 tahun di penjara atau kapal ini akan bernama H.M.S Pinefore.

2.     Proposisional dan tematik konten

Ketika pembicara membuat penegasan, kepercayaan apa yang hendak ia tunjukkan? Dan ketika dia mengucapkan sebuah perintah, tindakan apa yang ingin ia tunjukkan? Jawaban pertanyaan tersebut terletak pada preposisi dan konten tematik tuturan tersebut.

            Ketika Robert menegaskan “Julia-lah yang menemukan virus tersebut”, dia tidak hanya menunjukkan kepercayaannya terhadap pernyataan tersebut, namun dia juga memberi beranggapan bahwa informasi bahwa seseorang telah menemukan virus tersebut telah diberikan/diketahui sebelumya. Apa yang benar-benar ingin dia sampaikan adalah informasi baru bahwa seseorang yang  dimaksud adalah Julia.

3.     Proses Penggunaan Kalimat

Secara kasarnya, dalam menggolongkan bagaimana pendengar memanfaatkan kalimat dapat dilihat di bawah ini:

a.     Ketika mendengar ujaran, pendengar mengidentifikasi tindak tutur, muatan peryataan dan tema peryataan.

b.     Kemudian mencari ingatan yang memberikan memberikan informasi yang sesuai dengan informasi yang diberikan.

c.     Terakhir, dengan mengacu kepada tindak tutur, bertindak sesuai dengan informasi baru yang diterima.

(1)  Apabila ucapan berupa peryataan yang tegas, maka mereka menambahkan informasi dalam ingatan

(2)  Apabila ucapan berupa pertanyaan “ya atau tidak”, maka mereka membandingkan informasi baru tersebut dengan apa yang ada di ingatan dan memberi jawaban “ya atau tidak”.

(3)  Apabila ucapan berupa pertanyaan “WH”, mereka mengingat informasi yang diinginkan dalam ingatan dan menyusun jawaban yang memuat informasi tersebut.

B.    Merekam Peryataan

Apabila pembicara menyucapkan sebuah peneasan, dia berusaha menegaskan keyakinannya bahwa beberapa peryataan adalah benar adanya. Apabila pendengar ingin memanfaatkan ujaran dengan tepat, mereka harus memperhatikan keyakinan pembicara dan memasukkannya ke dalam ingatan. Mereka harus “merekam” pernyataan tersebut. Bagaimana cara mereka melakukannya? Berdasarkan garis awal, tentukan konten preposisi dan temanya, lalu menambahkan keyakinan baru ke dalam ingatan. Untuk melakukan ini, mereka harus membuat anggapan yang penting mengenai peran tindak tutur dan tema pernyataan penegasan tersebut.

1.     Fungsi Penegasan

Bayangkan Ann mencoba memberitahu Ed bahwa dia baru saja melihat John memukul Bill. Ann dapat melakukannya dengan beberapa cara, contohnya:

a.     John memukul Bill

b.     Bill dipukul oleh John

c.     John-lah yang memukul Bill

d.     Bill-lah yang John pukul

e.     Yang dilakukan John adalah memukul Bill

Walaupun setiap kalimat mengungkapkan pernyataan “John memukul Bill”, kalimat yang digunakan oleh Ann tergantung pada apa yang menurut Ann telah diketahui oleh Ed. Apabila dia mengatakan “John-lah yang memukul Bill”, maka dia beranggapan bahwa Ed mengetahui bahwa seseorang telah memukul Bill dan dia ingin menyampaikan kepadanya nama orang yang memukul, yaitu John. Adapaun apabila dia berkata “Bill-lah yang John pukul”, maka itu berarti Ann beranggapan bahwa Ed telah mengetahui baha John memukul seseorang dan dia ingin menyampaikan nama orang yang dipukul, yakni Bill.

2.     Pemberian-Kontrak baru

Apa yang Ann lakukan adalah senada dengan apa yang H. Clark dan Haviland sebut dengan “pemberian-kontrak baru”. Setiap penegasan tersebut memiliki perangkat struktural untuk membedakan antara informasi yang diberikan dan informasi yang baru. Kalimat “John-lah yang memukul Bill” sebagai contoh, memiliki informasi yang diberikan dan informasi baru sebagai berikut:

Informasi yang diberikan: X memukul Bill

Informasi yang baru: John

Secara sederhana, informasi yang diberikan harus dapat diidentifikasi dan informasi yang baru belum diketahui. Contoh

No
Kalimat
Informasi yang diberikan dan informasi baru
1
Anak laki-laki itu yang mengelus kucing itu
Diberikan: X mengelus kucing
Baru: X= Anak laki-laki
2
Kucing itu yang dielus anak laki-laki itu
Diberikan: anak laki-laki itu mengelus X
Baru: X= Kucing
3
Yang mengelus kucing itu adalah anak laki-laki
Diberikan: X mengelus kucing
Baru: X= Anak laki-laki
4
Yang dielus anak laki-laki itu adalah kucing
Diberikan: anak laki-laki itu mengelus X
Baru: X= Kucing
5
Anak laki-laki itu mengelus kucing itu
Diberikan: X mengelus kucing
Baru: Anak laki-laki



3.     Kalimat Aktif dan Pasif

Kalimat aktif dan pasif telah menjadi perhatian ahli bahasa dan psikolog dikarenakan perbedaan fungsinya dalam kalimat. Contoh:

1.     Anak laki-laki itu mengelus KUCING itu.

2.     Kucing itu dielus oleh ANAK LAKI-LAKI itu.

Walaupun kedua kalimat tersebut mengungkapkan pernyataan “anak laki-laki itu mengelus kucing itu”, kalimat 1 adalah tentang anak laki-laki itu, dan kalimat 2 adalah tentang kucing itu.



C.    Menjawab pertanyaan “Ya atau tidak”

Ketika pendengar dihadapkan dengan pertanyaan ya/tidak, tujuan mereka pada umumnya adalah untuk menjawabya. Apabila Ann bertanya kepada Ed, “apakah John yang memukul Bill?”, dia menyadari bahwa Ann menginginkan dia untuk menyetujui atau menyangkal apakah John yang memukul Bill. Apabila Ed dapat bekerja sama, maka dia akan mencari ingatan mengenai siapa yang memukul Bill. Apabila dia menemukan bahwa itu John, maka dia menjawab “ya” dan apabila dia menemukan bahwa itu adalah orang lain, maka dia menjawab “bukan”.

Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan erat antara pertanyaan ya/tidak, penegasan dan penyangkalan.

(?) Apakah John yang memukul Bill?

(+) John-lah yang memukul Bill.

(-) Bukan John yang memukul Bill.



D.    Menjawab Pertanyaan WH- (who, what, where, when, why dan how)

Pertanyaan WH- seperti contoh “Siapa yang mencuri Dusenberg-ku?” adalah sebuah permintaan, bukan untuk mencari kebenaran atau penyangkalan, namun untuk sebuah informasi yang spesifik. Penanya menginginkan pendengar untuk memberi pengganti untuk X dalam kalimat X mencuri Dusenberg, sehingga pernyataan tersebut benar adanya.

Sebagaimana penegasan dan pertanyaan ya/tidak, pertanyaan WH- digunakan sebagian besar berdasarkan informasi yang diberikan dan informasi baru. Pada pertanyaan WH-, informasi yang diberikan adalah hasil apabila kata “WH-“ digantikan dengan X, kadang-kadang dengan penyesuaian tertentu. Sebagaimana contoh:

1.     Siapa yang menjual buku kepada Mary?

2.     Informasi yang diberikan: X menjual buku kepada Mary.

3.     Informasi yang baru: X = ?

E.    Mengikuti Instruksi/Perintah

Apabila pendengar diinstruksikan, diminta, diperintahkan, diundang, dimohon atau dinasehati untuk melakukan sesuatu, mereka diarahkan untuk melakuka sejumlah tindakan. Bayangkan apabila Nancy berkata kepada Jeffret “Mandikan anjing itu”. Jeffrey  akan berhasil menggunakan arahannya apabila dia mampu memahami apa yang diperintahkan untuk dilakukan, merencanakan cara untuk melakukannya dan melaksanakannya.

Inilah yang mungkin disebut “instruksi berorientasi tujuan”. Instruksi berorientasi tujuan akan mudah apabila pendengar memiliki langkah yang tepat untuk mencapai tujuan, dan akan sulit apabila dia tidak mengetahui langkah yang tepat. Pada akhirnya, setiap instruksi akan membutuhkan sejumlah tindakan/perbuatan, dan masalah pendengar adalah perbuatan/tindakan apa yang mampu menyelesaikan perintah tersebut secara efisien.

F.    Penggunaan Tidak Langsung dari Tuturan

Tuturan dapat dengan mudah dipahami apabila mempunyai indikasi yang jelas tentang ilokusiya. Namun, kadang tidak terdapat indikasi yang jelas di dalam tuturan. Permintaan maaf sering kali berperan sebagai penegasan, penegasan sebagai pertanyaan, pertanyaan sebagai perintah, perintah sebagai ramalan dan seterusnya. Dalam keadaan tertentu, suatu kalimat dapat digunakan sebagai perintah untuk membuka jendela. Seperti contoh:

1.     “Buka jendela itu” (secara harfiah berupa perintah)

2.     “Sudikah anda membuka jendela itu?” (secara harfiah berupa pertanyaan)

3.     “Saya akan sangat menghargai apabila anda membuka jendela itu” (secara harfiah berupa penegasan)

4.     “Sungguh panas di sini” (secara harfiah berupa penegasan)

5.     “Tidakkah kau lupa untuk melakukan sesuatu?” (secara harfiah berupa pertanyaan)

6.     “Apa yang engkau pikir tentang ruangan ini, oven? (secara harfiah berupa pertanyaan)

Namun tidak setiap kalimat dapat digunakan untuk tujuan ini. Jika demikian, komunikasi akan menjadi kacau. Pendengar tidak akan pernah tau apa maksud tuturan yang sedang diucapkan.



a.     Prinsip Kerja Sama

Dalam rangka untuk berkomunikasi secara akurat da efisien, pembicara dan pendengar mencoba untuk bekerja sama satu sama lain. Mereka bekerja sama, sebagaimana contohnya dalam percakapan sederhana. Pembicara berbicara menggunakan suara yang dapat didengar, menggunakan bahasa yang diyakini diketahui oleh pendengar, dan mengikuti prinsip fonologi, sintaksis dan semantik dari bahasa yang digunakan.

b.     Tindak Tutur Tidak Langsung

Prinsip kerjasama memerankan peran penting terutama dalam tindak tutur tidak langsung. Ketika seorang bangsawan berkata kepada pelayannya “Sungguh panas di sini, Charles”, maka pelayan itu menyadari bahwa sang bangsawan menegaskan bahwa ruangan itu panas. Namun lebih lanjut, pelayan berfikir: “mengapa sang bangsawan menegaskan hal tersebut sekarang, saat ini, dalam keadaan seperti ini? Kondisi panas sangat tidak menyenangkan, dan karena tugas saya untuk membuatnya merasa nyaman maka dia pasti meminta saya untuk membuat ruangan ini berkurang panasnya dengan membuka jendela.” Tuturan sang bangsawan merupakan penegasan, itu merupakan makna harfiahnya. Namun dengan memberikan penegasan, dia juga menampilkan tindak tutur tidak langsung, yang memerintahkan untuk membuka jendela. Itu merupakan makna tidak langsungnya.

c.     Penggunaan “Felicity Condition

Bagaimana tuturan tidak langsung diutarakan? Masalah tersebut telah dipelajari secara mendalam untuk permintaan tidak langsung, dan terdapat empat metode umum yang memungkinkan A dapat memerintah B secara tidak langsung, yaitu:

1.     Kemampuan: menegaskan kepada B bahwa dia dapat melakukan suatu perbuatan atau menanyai B apakah dia mampu atau tidak untuk melakukan perbuatan/pekerjaan tersebut. Sebagaimana dalam kalimat “Engkau dapat meninggalkan kunci mobilmu kepadaku”, dan “dapatkah engkau meraih garam itu?”.

2.     Keinginan: menegaskan kepada B bahwa engkau menginginkan dia untuk melakukan suatu perbuatan, sebagaimana dalam kalimat “aku ingin engkau memberikan kunci mobilmu kepadaku”, dan “aku akan mengapresiasi apabila engkau memberikan saya garam.”

3.     Tindakan masa depan: menegaskan kepada B bahwa dia akan melakukan suatu perbuatan, sebagaimana dalam kalimat “engkau akan meninggalkan kunci mobilmu kepadaku” dan “maukah engkau memberiku garam?”

4.     Alasan: menegaskan kepada B bahwa terdapat alasan yang bagus untuk melakukan suatu tindakan, atau menanyai B apakah terdapat alasan yang bagus untuk melakukan suatu perbuatan, sebagaimana dalam kalimat “engkau harusnya memberikan kuncimu padaku” dan “mengapa engkau tidak memberik garam itu?”.

d.     Pilihan Kata

Secara umum, pendengar menarik kesimpulan dari pilihan kata yang dipilih pembicara. Dalam melaporkan kematian istri kedua raja Henry VIII, Ann Boleyn, sebagai contoh, seoran sejarawan dapat mengatakan empat hal:

1.     Ann Boleyn meninggal pada tahun 1536.

2.     Ann Boleyn terbunuh pada tahun 1536.

3.     Ann Boleyn dieksekusi pada tahun 1536.

4.     Ann Boleyn dipancung pada tahun 1536.

Apabila sejarawan mengatakan dia meninggal, maka pembaca akan beranggapan bahwa sepanjang pengetahuan dia meninggal secara alami. Mereka menyimpulkan hal ini berdasarkan maxim kuantitas, bahwa sejarawan akan memberi informasi sebanyak yang diminta. Apabila sejarawan tersebut mengetahui bahwa Ann Boleyn dibunuh, dieksekusi atau dipancung maka dia akan mengatakan secara lebih spesifik sebagaimana pada kalimat kedua, ketiga dan keempat.

Contoh yang diberikan di sini hampir tidak menyentuh permukaan dari makna tidak langsung. Maka disarankan agar memahami makna hakikat setiap kata yang didengar dan mencari makna sebenarnya. Sebagian besar yang dapat dipahami dalam ucapan/tuturan didapatkan bukan dari apa yang dikatakan langsung, tetapi dari apa yang disimpulkan secara tidak langsung, melalui prinsip kerjasama dan implikasi yang diinduksikan. Sangat jelaslah bahwa masih sedikit yang diketahui mengenai proses dalam menarik kesimpulan-kesimpulan tersebut. Sehingga masih banyak yang tersisa untuk dipelajari.















BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

1.     Secara kasarnya, dalam menggolongkan bagaimana pendengar memanfaatkan kalimat dapat dilihat di bawah ini:

a.     Ketika mendengar ujaran, pendengar mengidentifikasi tindak tutur, muatan peryataan dan tema peryataan.

b.     Kemudian mencari ingatan yang memberikan memberikan informasi yang sesuai dengan informasi yang diberikan.

c.     Terakhir, dengan mengacu kepada tindak tutur, bertindak sesuai dengan informasi baru yang diterima.

2.     Sebagaimana penegasan dan pertanyaan ya/tidak, pertanyaan WH- digunakan sebagian besar berdasarkan informasi yang diberikan dan informasi baru. Pada pertanyaan WH-, informasi yang diberikan adalah hasil apabila kata “WH-“ digantikan dengan X, kadang-kadang dengan penyesuaian tertentu.

3.     Tuturan dapat dengan mudah dipahami apabila mempunyai indikasi yang jelas tentang ilokusiya. Namun, kadang tidak terdapat indikasi yang jelas di dalam tuturan. Permintaan maaf sering kali berperan sebagai penegasan, penegasan sebagai pertanyaan, pertanyaan sebagai perintah, perintah sebagai ramalan dan seterusnya. Sehingga disarankan agar memahami makna hakikat setiap kata yang didengar dan mencari makna sebenarnya. Sebagian besar yang dapat dipahami dalam ucapan/tuturan didapatkan bukan dari apa yang dikatakan langsung, tetapi dari apa yang disimpulkan secara tidak langsung, melalui prinsip kerjasama dan implikasi yang diinduksikan.

B.    Saran

Berdasarkan materi yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan atau memanfaatkan kalimat sehingga mampu mewujudkan tujuan tuturan atau ujaran yang diharapkan. Dengan ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada pembaca sehingga mampu memahami hal-hal tersebut dan memanfaatkannya dalam proses berkomunikasi sehingga tidak terjadi miss-communication antara pembicara dan pendengar.





































Daftar Pustaka



Clark, Herbert H. Dan Eve V. Clark. 1977.  Psychology and Language: an introduction to psycholinguistic. Harcourt College Pub.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Awas! Sosial Media Dapat Memicu Krisis Kepercayaan Diri!

      Dalam kehidupan masyarakat yang akses terhadap sosial media sangat mudah dilakukan dengan smartphone, banyak remaja yang menghabiskan...