PENGGUNAAN
KALIMAT
(UTILIZATION
OF SENTENCES)
Diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Psikolinguistik
pada program Pascasarjana IAIN
Parepare
Oleh:
Raodhatul
Jannah
Nim:
17.0212.007
PROGRA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAREPARE
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan ringkasan materi tentang "Penggunaan Kalimat”.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal, namun
penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki ringkasan materi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Parepare, 10 April 2018
Raodhatul Jannah
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..........................................................................................
i
Daftar
Isi.....................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...........................................................................
2
C.
Tujuan
Penulisan.............................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Mengapa Orang
Mendengarkan......................................................
3
B.
Merekam
Pernyataan.......................................................................
6
C.
Menjawab
Pertanyaan Ya/Tidak.....................................................
8
D.
Menjawab
Pertanyaan WH-............................................................
9
E.
Mengikuti Instruksi/Perintah...........................................................
9
F.
Penggunaan
Tidak Langsung dari Tuturan..................................... 10
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan.......................................................................................... 14
B.
Saran................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 15
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
berkomunikasi karena menghendaki sebuah tujuan, baik itu untuk menegaskan
keyakinan, untuk meminta pertolongan, untuk menjanjikan suatu tindakan, untuk
memberi selamat atau untuk bertanya mengenai suatu informasi. Komunikasi
memungkinkan manusia untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat dan ide
mereka kepada pendengar. Selanjutnya, tugas pendengar adalah untuk merespon
atau membalas tuturan dari pembicara. Pendengar akan melalaikan tujuan tersebut
apabila tidak mampu menangkap tujuan dari pembicaraan dan bertindak sesuai
keinginan pembicara yaitu untuk mencatat keyakinan pembicara, memberikan
bantuan, mencatat janji yang diberikan, menerima ucapan selamat, dan memberi
informasi yang dibutuhkan pembicara.
Psikolinguistik
membahas tentang kajian bahasa dari aspek psikologi yang memungkinkan untuk
tercapainya tujuan komunikasi. Pembicara tidak selalu menyampaikan tuturan
mereka secara jelas dalam kalimat yang dituturkan, namun sering juga dalam
bentuk yang tersirat. Dalam hal ini, peran pendengar adalah untuk mengungkap
makna yang sebenarnya dari ujaran atau tuturan pembicara.
Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendengar untuk dapat menggunakan
atau memanfaatkan kalimat sebagaimana maksud atau tujuan pembicara. Diantaranya
adalah tindak tutur, preposisi dan tematik konten, memeahami pertanyaan (baik
berupa pertanyaan ya/tidak maupun yang lainnya), mengikuti perintah atau araha
serta memahami tuturan yang bermakna tidak langsung. Pemahaman mengenai materi
ini akan memberi kemudahan bagi keberlangsungan proses komunikasi antara
pembicara dan pendengar. Olehnya itu, untuk menambah wawasan dan pemahaman
mengenai hal ini, penulis tertarik untuk menyusun ringkasan materi “Penggunaan
Kalimat” berdasarkan buku Psychology and Language karya Herbert H. Clark
dan Eve H. Clark.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
proses penggunaan kalimat?
2.
Bagaimana cara
menjawab pertanyaan?
3.
Bagaimana
memahami tindak tutur tidak langsung?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka tujuan dari penulisan
ringkasan ini adalah:
1.
Memahami proses
penggunaan kalimat.
2.
Mengetahui cara
menjawab pertanyaan.
3.
Memahami makna
tersirat dari tindak tutur tidak langsung.
\
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Mengapa
Orang Mendengarkan
Manusia
berbicara karena sebuah tujuan, untuk menegaskan keyakinan, untuk meminta
pertolongan, untuk menjanjikan suatu tindakan, untuk memberi selamat atau untuk
bertanya mengenai suatu informasi. Pendengar akan melalaikan tujuan tersebut
apabila tidak mampu menangkap tujuan dari pembicaraan dan bertindak sesuai
keinginan pembicara yaitu untuk mencatat keyakinan pembicara, memberikan
bantuan, mencatat janji yang diberikan, menerima ucapan selamat, dan memberi
informasi yang dibutuhkan pembicara.
Pembicara
menyampaikan tujuan mereka dalam tiga bagian dari ucapan mereka, yaitu dalam
tindak tuturnya, muatan peryataan dan tema muatan. Sebagai contoh:
Apabila Kathy berkata: “Apakah George memiliki sebuah mobil?”
kepada Jeff
Maka tujuan dari kalimat tersebut adalah untuk meminta suatu
informasi. Kathy ingin mengetahui apakah peryataan “George memiliki sebuah
mobil” benar atau salah. Namun, dia juga mengindikasikan bahwa Kathy
beranggapan bahwa Jeff memiliki pengetahuan yang mampu memberi jawaban atas pertanyaannya
tadi. Apabila Jeff ingin memanfaatkan kalimat dengan tepat maka harus
mengetahui tiga bagian dari informasi yang diberikan, membuka ingatan mengenai
jawaban yang tepat dan memberi jawaban “ya atau tidak atau mungkin”.
1.
Tindak Tutur
Tindak tutur sangat terbatas variasinya. Hanya terdapat beberapa
hal yang dapat dilakukan dengan mengucapkan sebuah kalimat, dan hal ini
menggambarkan tujuan yang terbatas yang dapat diberikan oleh kalimat tersebut.
“George memiliki sebuah mobil” biasanya memiliki makna penegasan, sedangkan
“apakah George memiliki sebuah mobil?” menunjukkan makna permintaan terhadap
suatu informasi dan “saya memperingatkanmu bahwa George memiliki sebuah mobil”
bermakna peringatan. Setiap kalimat tersebut memiliki “illocutionary force”
tersendiri. Berdasarkan pendapat Searle bahwa setiap tindak tutur termasuk ke
dalam salah satu dari lima kategori berikut:
a.
Representatives
(perwakilan)
Pembicara,
dalam dalam berucap menyampaikan kepercayaannya bahwa pernyataan tersebut benar
adanya. Ketika seseorang menegaskan “George memiliki sebuah mobil”, dia juga
menyampaikan kepercayaannya bahwa pernyataan “George memiliki sebuah mobil”
benar.
b.
Directives
(pengarahan)
Dengan
memberikan pengarahan, pembicara berupaya untuk membuat pendengar melakukan
sesuatu. Dengan memesan, memerintahkan, meminta, memohon pendengar untuk
melakukan sesuatu perbuatan/tindakan.
c.
Commissives
(komisif)
Pembicara
berupaya untuk membuat pendengar berkomitmen untuk melakukan sesuatu di masa
depan. Contoh utamanya adalah janji, namun kategori ini juga termasuk sumpah,
kontrak, jaminan dan lain sebagainya.
d.
Declarations (deklarasi)
Apabila
pembicara mengucakan deklarasi, kata-katanya membawa keadaan baru. Ketika dia
berkata “Kamu dipecat, Saya mengundurkan diri, dengan ini saya menghukum Anda
selama 5 tahun penjara” atau “saya menamai kapal ini dengan nama H.M.S
Pinefore”. Dia mendeklarasikan, dan dengan demikian menyebabkan anda dihentikan
dari pekerjaan anda, pekerjaannya jadi terhenti, anda akan menghabiskan 5 tahun
di penjara atau kapal ini akan bernama H.M.S Pinefore.
2.
Proposisional
dan tematik konten
Ketika pembicara membuat penegasan,
kepercayaan apa yang hendak ia tunjukkan? Dan ketika dia mengucapkan sebuah
perintah, tindakan apa yang ingin ia tunjukkan? Jawaban pertanyaan tersebut
terletak pada preposisi dan konten tematik tuturan tersebut.
Ketika Robert
menegaskan “Julia-lah yang menemukan virus tersebut”, dia tidak hanya
menunjukkan kepercayaannya terhadap pernyataan tersebut, namun dia juga memberi
beranggapan bahwa informasi bahwa seseorang telah menemukan virus tersebut
telah diberikan/diketahui sebelumya. Apa yang benar-benar ingin dia sampaikan
adalah informasi baru bahwa seseorang yang
dimaksud adalah Julia.
3.
Proses Penggunaan
Kalimat
Secara
kasarnya, dalam menggolongkan bagaimana pendengar memanfaatkan kalimat dapat
dilihat di bawah ini:
a.
Ketika
mendengar ujaran, pendengar mengidentifikasi tindak tutur, muatan peryataan dan
tema peryataan.
b.
Kemudian
mencari ingatan yang memberikan memberikan informasi yang sesuai dengan
informasi yang diberikan.
c.
Terakhir,
dengan mengacu kepada tindak tutur, bertindak sesuai dengan informasi baru yang
diterima.
(1) Apabila ucapan berupa peryataan yang tegas, maka mereka menambahkan
informasi dalam ingatan
(2) Apabila ucapan berupa pertanyaan “ya atau tidak”, maka mereka
membandingkan informasi baru tersebut dengan apa yang ada di ingatan dan
memberi jawaban “ya atau tidak”.
(3) Apabila ucapan berupa pertanyaan “WH”, mereka mengingat informasi
yang diinginkan dalam ingatan dan menyusun jawaban yang memuat informasi
tersebut.
B.
Merekam
Peryataan
Apabila
pembicara menyucapkan sebuah peneasan, dia berusaha menegaskan keyakinannya
bahwa beberapa peryataan adalah benar adanya. Apabila pendengar ingin
memanfaatkan ujaran dengan tepat, mereka harus memperhatikan keyakinan
pembicara dan memasukkannya ke dalam ingatan. Mereka harus “merekam” pernyataan
tersebut. Bagaimana cara mereka melakukannya? Berdasarkan garis awal, tentukan
konten preposisi dan temanya, lalu menambahkan keyakinan baru ke dalam ingatan.
Untuk melakukan ini, mereka harus membuat anggapan yang penting mengenai peran
tindak tutur dan tema pernyataan penegasan tersebut.
1.
Fungsi
Penegasan
Bayangkan Ann mencoba memberitahu Ed bahwa dia baru saja melihat
John memukul Bill. Ann dapat melakukannya dengan beberapa cara, contohnya:
a.
John memukul
Bill
b.
Bill dipukul
oleh John
c.
John-lah yang
memukul Bill
d.
Bill-lah yang
John pukul
e.
Yang dilakukan
John adalah memukul Bill
Walaupun setiap
kalimat mengungkapkan pernyataan “John memukul Bill”, kalimat yang digunakan
oleh Ann tergantung pada apa yang menurut Ann telah diketahui oleh Ed. Apabila
dia mengatakan “John-lah yang memukul Bill”, maka dia beranggapan bahwa Ed
mengetahui bahwa seseorang telah memukul Bill dan dia ingin menyampaikan
kepadanya nama orang yang memukul, yaitu John. Adapaun apabila dia berkata
“Bill-lah yang John pukul”, maka itu berarti Ann beranggapan bahwa Ed telah
mengetahui baha John memukul seseorang dan dia ingin menyampaikan nama orang
yang dipukul, yakni Bill.
2.
Pemberian-Kontrak
baru
Apa yang Ann
lakukan adalah senada dengan apa yang H. Clark dan Haviland sebut dengan
“pemberian-kontrak baru”. Setiap penegasan tersebut memiliki perangkat
struktural untuk membedakan antara informasi yang diberikan dan informasi yang
baru. Kalimat “John-lah yang memukul Bill” sebagai contoh, memiliki informasi
yang diberikan dan informasi baru sebagai berikut:
Informasi yang diberikan: X memukul Bill
Informasi yang baru: John
Secara sederhana, informasi yang diberikan harus dapat diidentifikasi
dan informasi yang baru belum diketahui. Contoh
No
|
Kalimat
|
Informasi
yang diberikan dan informasi baru
|
1
|
Anak
laki-laki itu yang mengelus kucing itu
|
Diberikan:
X mengelus kucing
Baru:
X= Anak laki-laki
|
2
|
Kucing
itu yang dielus anak laki-laki itu
|
Diberikan:
anak laki-laki itu mengelus X
Baru:
X= Kucing
|
3
|
Yang
mengelus kucing itu adalah anak laki-laki
|
Diberikan:
X mengelus kucing
Baru:
X= Anak laki-laki
|
4
|
Yang
dielus anak laki-laki itu adalah kucing
|
Diberikan:
anak laki-laki itu mengelus X
Baru:
X= Kucing
|
5
|
Anak
laki-laki itu mengelus kucing itu
|
Diberikan:
X mengelus kucing
Baru:
Anak laki-laki
|
3.
Kalimat Aktif
dan Pasif
Kalimat aktif
dan pasif telah menjadi perhatian ahli bahasa dan psikolog dikarenakan
perbedaan fungsinya dalam kalimat. Contoh:
1.
Anak laki-laki
itu mengelus KUCING itu.
2.
Kucing itu
dielus oleh ANAK LAKI-LAKI itu.
Walaupun kedua
kalimat tersebut mengungkapkan pernyataan “anak laki-laki itu mengelus kucing
itu”, kalimat 1 adalah tentang anak laki-laki itu, dan kalimat 2 adalah tentang
kucing itu.
C.
Menjawab
pertanyaan “Ya atau tidak”
Ketika
pendengar dihadapkan dengan pertanyaan ya/tidak, tujuan mereka pada umumnya
adalah untuk menjawabya. Apabila Ann bertanya kepada Ed, “apakah John yang
memukul Bill?”, dia menyadari bahwa Ann menginginkan dia untuk menyetujui atau
menyangkal apakah John yang memukul Bill. Apabila Ed dapat bekerja sama, maka
dia akan mencari ingatan mengenai siapa yang memukul Bill. Apabila dia
menemukan bahwa itu John, maka dia menjawab “ya” dan apabila dia menemukan
bahwa itu adalah orang lain, maka dia menjawab “bukan”.
Berdasarkan
contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan erat antara
pertanyaan ya/tidak, penegasan dan penyangkalan.
(?) Apakah John yang memukul Bill?
(+) John-lah yang memukul Bill.
(-) Bukan John yang memukul Bill.
D.
Menjawab
Pertanyaan WH- (who, what, where, when, why dan how)
Pertanyaan
WH- seperti contoh “Siapa yang mencuri Dusenberg-ku?” adalah sebuah permintaan,
bukan untuk mencari kebenaran atau penyangkalan, namun untuk sebuah informasi
yang spesifik. Penanya menginginkan pendengar untuk memberi pengganti untuk X
dalam kalimat X mencuri Dusenberg, sehingga pernyataan tersebut benar adanya.
Sebagaimana
penegasan dan pertanyaan ya/tidak, pertanyaan WH- digunakan sebagian besar
berdasarkan informasi yang diberikan dan informasi baru. Pada pertanyaan WH-,
informasi yang diberikan adalah hasil apabila kata “WH-“ digantikan dengan X,
kadang-kadang dengan penyesuaian tertentu. Sebagaimana contoh:
1.
Siapa yang
menjual buku kepada Mary?
2.
Informasi yang
diberikan: X menjual buku kepada Mary.
3.
Informasi yang
baru: X = ?
E.
Mengikuti
Instruksi/Perintah
Apabila
pendengar diinstruksikan, diminta, diperintahkan, diundang, dimohon atau
dinasehati untuk melakukan sesuatu, mereka diarahkan untuk melakuka sejumlah
tindakan. Bayangkan apabila Nancy berkata kepada Jeffret “Mandikan anjing itu”.
Jeffrey akan berhasil menggunakan
arahannya apabila dia mampu memahami apa yang diperintahkan untuk dilakukan,
merencanakan cara untuk melakukannya dan melaksanakannya.
Inilah
yang mungkin disebut “instruksi berorientasi tujuan”. Instruksi berorientasi
tujuan akan mudah apabila pendengar memiliki langkah yang tepat untuk mencapai
tujuan, dan akan sulit apabila dia tidak mengetahui langkah yang tepat. Pada
akhirnya, setiap instruksi akan membutuhkan sejumlah tindakan/perbuatan, dan
masalah pendengar adalah perbuatan/tindakan apa yang mampu menyelesaikan perintah
tersebut secara efisien.
F.
Penggunaan
Tidak Langsung dari Tuturan
Tuturan
dapat dengan mudah dipahami apabila mempunyai indikasi yang jelas tentang
ilokusiya. Namun, kadang tidak terdapat indikasi yang jelas di dalam tuturan.
Permintaan maaf sering kali berperan sebagai penegasan, penegasan sebagai
pertanyaan, pertanyaan sebagai perintah, perintah sebagai ramalan dan
seterusnya. Dalam keadaan tertentu, suatu kalimat dapat digunakan sebagai
perintah untuk membuka jendela. Seperti contoh:
1.
“Buka jendela
itu” (secara harfiah berupa perintah)
2.
“Sudikah anda
membuka jendela itu?” (secara harfiah berupa pertanyaan)
3.
“Saya akan
sangat menghargai apabila anda membuka jendela itu” (secara harfiah berupa
penegasan)
4.
“Sungguh panas
di sini” (secara harfiah berupa penegasan)
5.
“Tidakkah kau
lupa untuk melakukan sesuatu?” (secara harfiah berupa pertanyaan)
6.
“Apa yang
engkau pikir tentang ruangan ini, oven? (secara harfiah berupa pertanyaan)
Namun
tidak setiap kalimat dapat digunakan untuk tujuan ini. Jika demikian,
komunikasi akan menjadi kacau. Pendengar tidak akan pernah tau apa maksud
tuturan yang sedang diucapkan.
a.
Prinsip Kerja
Sama
Dalam rangka untuk berkomunikasi secara akurat da efisien,
pembicara dan pendengar mencoba untuk bekerja sama satu sama lain. Mereka
bekerja sama, sebagaimana contohnya dalam percakapan sederhana. Pembicara
berbicara menggunakan suara yang dapat didengar, menggunakan bahasa yang
diyakini diketahui oleh pendengar, dan mengikuti prinsip fonologi, sintaksis
dan semantik dari bahasa yang digunakan.
b.
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Prinsip kerjasama memerankan peran penting terutama dalam tindak
tutur tidak langsung. Ketika seorang bangsawan berkata kepada pelayannya
“Sungguh panas di sini, Charles”, maka pelayan itu menyadari bahwa sang
bangsawan menegaskan bahwa ruangan itu panas. Namun lebih lanjut, pelayan
berfikir: “mengapa sang bangsawan menegaskan hal tersebut sekarang, saat ini,
dalam keadaan seperti ini? Kondisi panas sangat tidak menyenangkan, dan karena
tugas saya untuk membuatnya merasa nyaman maka dia pasti meminta saya untuk
membuat ruangan ini berkurang panasnya dengan membuka jendela.” Tuturan sang
bangsawan merupakan penegasan, itu merupakan makna harfiahnya. Namun dengan
memberikan penegasan, dia juga menampilkan tindak tutur tidak langsung, yang
memerintahkan untuk membuka jendela. Itu merupakan makna tidak langsungnya.
c.
Penggunaan “Felicity
Condition”
Bagaimana tuturan tidak langsung diutarakan? Masalah tersebut telah
dipelajari secara mendalam untuk permintaan tidak langsung, dan terdapat empat
metode umum yang memungkinkan A dapat memerintah B secara tidak langsung,
yaitu:
1.
Kemampuan:
menegaskan kepada B bahwa dia dapat melakukan suatu perbuatan atau menanyai B
apakah dia mampu atau tidak untuk melakukan perbuatan/pekerjaan tersebut.
Sebagaimana dalam kalimat “Engkau dapat meninggalkan kunci mobilmu kepadaku”,
dan “dapatkah engkau meraih garam itu?”.
2.
Keinginan:
menegaskan kepada B bahwa engkau menginginkan dia untuk melakukan suatu
perbuatan, sebagaimana dalam kalimat “aku ingin engkau memberikan kunci mobilmu
kepadaku”, dan “aku akan mengapresiasi apabila engkau memberikan saya garam.”
3.
Tindakan masa
depan: menegaskan kepada B bahwa dia akan melakukan suatu perbuatan,
sebagaimana dalam kalimat “engkau akan meninggalkan kunci mobilmu kepadaku” dan
“maukah engkau memberiku garam?”
4.
Alasan:
menegaskan kepada B bahwa terdapat alasan yang bagus untuk melakukan suatu
tindakan, atau menanyai B apakah terdapat alasan yang bagus untuk melakukan
suatu perbuatan, sebagaimana dalam kalimat “engkau harusnya memberikan kuncimu
padaku” dan “mengapa engkau tidak memberik garam itu?”.
d.
Pilihan Kata
Secara umum, pendengar menarik
kesimpulan dari pilihan kata yang dipilih pembicara. Dalam melaporkan kematian
istri kedua raja Henry VIII, Ann Boleyn, sebagai contoh, seoran sejarawan dapat
mengatakan empat hal:
1.
Ann Boleyn
meninggal pada tahun 1536.
2.
Ann Boleyn
terbunuh pada tahun 1536.
3.
Ann Boleyn
dieksekusi pada tahun 1536.
4.
Ann Boleyn
dipancung pada tahun 1536.
Apabila
sejarawan mengatakan dia meninggal, maka pembaca akan beranggapan bahwa
sepanjang pengetahuan dia meninggal secara alami. Mereka menyimpulkan hal ini
berdasarkan maxim kuantitas, bahwa sejarawan akan memberi informasi sebanyak
yang diminta. Apabila sejarawan tersebut mengetahui bahwa Ann Boleyn dibunuh,
dieksekusi atau dipancung maka dia akan mengatakan secara lebih spesifik
sebagaimana pada kalimat kedua, ketiga dan keempat.
Contoh yang
diberikan di sini hampir tidak menyentuh permukaan dari makna tidak langsung.
Maka disarankan agar memahami makna hakikat setiap kata yang didengar dan
mencari makna sebenarnya. Sebagian besar yang dapat dipahami dalam
ucapan/tuturan didapatkan bukan dari apa yang dikatakan langsung, tetapi dari
apa yang disimpulkan secara tidak langsung, melalui prinsip kerjasama dan
implikasi yang diinduksikan. Sangat jelaslah bahwa masih sedikit yang diketahui
mengenai proses dalam menarik kesimpulan-kesimpulan tersebut. Sehingga masih
banyak yang tersisa untuk dipelajari.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Secara
kasarnya, dalam menggolongkan bagaimana pendengar memanfaatkan kalimat dapat
dilihat di bawah ini:
a.
Ketika
mendengar ujaran, pendengar mengidentifikasi tindak tutur, muatan peryataan dan
tema peryataan.
b.
Kemudian
mencari ingatan yang memberikan memberikan informasi yang sesuai dengan
informasi yang diberikan.
c.
Terakhir,
dengan mengacu kepada tindak tutur, bertindak sesuai dengan informasi baru yang
diterima.
2.
Sebagaimana
penegasan dan pertanyaan ya/tidak, pertanyaan WH- digunakan sebagian besar
berdasarkan informasi yang diberikan dan informasi baru. Pada pertanyaan WH-,
informasi yang diberikan adalah hasil apabila kata “WH-“ digantikan dengan X,
kadang-kadang dengan penyesuaian tertentu.
3.
Tuturan dapat
dengan mudah dipahami apabila mempunyai indikasi yang jelas tentang ilokusiya.
Namun, kadang tidak terdapat indikasi yang jelas di dalam tuturan. Permintaan
maaf sering kali berperan sebagai penegasan, penegasan sebagai pertanyaan,
pertanyaan sebagai perintah, perintah sebagai ramalan dan seterusnya. Sehingga
disarankan agar memahami makna hakikat setiap kata yang didengar dan mencari
makna sebenarnya. Sebagian besar yang dapat dipahami dalam ucapan/tuturan
didapatkan bukan dari apa yang dikatakan langsung, tetapi dari apa yang
disimpulkan secara tidak langsung, melalui prinsip kerjasama dan implikasi yang
diinduksikan.
B.
Saran
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan atau memanfaatkan
kalimat sehingga mampu mewujudkan tujuan tuturan atau ujaran yang diharapkan. Dengan
ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada pembaca sehingga mampu memahami
hal-hal tersebut dan memanfaatkannya dalam proses berkomunikasi sehingga tidak
terjadi miss-communication antara pembicara dan pendengar.
Daftar
Pustaka
Clark, Herbert
H. Dan Eve V. Clark. 1977. Psychology
and Language: an introduction to psycholinguistic. Harcourt College Pub.