Senin, 09 Desember 2019

Awas! Sosial Media Dapat Memicu Krisis Kepercayaan Diri!

      Dalam kehidupan masyarakat yang akses terhadap sosial media sangat mudah dilakukan dengan smartphone, banyak remaja yang menghabiskan waktunya berjam-jam setiap hari bahkan mengapload lebih dari satu postingan perhari di akun mereka. Postingan tersebut dapat berupa aktifitas sehari-hari. Seseorang dapat memposting foto selfie di "instagram" untuk memamerkan model rambut baru, pakaian, makanan atau tempat yang mereka kunjungi. Setelahnya, pengguna sosmed secara tidak sadar akan terus memantau jumlah "likes" yang mereka terima di foto.  Jika "likes" yang diterima lebih dari 50, maka mereka akan merasa senang tentang model rambut baru, pakaian, makanan mereka dll. Tanpa disadari, semakin banyak orang menggunakan sosial media sebagai sarana untuk menilai kualitas kehidupan mereka yang dapat memicu kepada efek negatif terhadap kepercayaan diri. 

 Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan "facebook" dapat memicu kepada perasaan negatif, memicu frustasi, kecemburuan, penurunan kepuasan diri. Melihat foto orang lain yang sedang berlibur adalah pemicu utama hal tersebut. Selanjutnya adalah membandingkan interaksi sosial, seperti jumlah ucapan yang diterima di hari ulang tahun dan jumlah like dan komentar pada setiap postingan. 

        Solusi yang dibutuhkan tentunya bukan dengan berhenti menggunakan sosial media, karena sebagai seorang remaja, sosial media merupakan cara yang palin efektif untuk menjalin koneksi, berbagi pengalaman hidup dan tetap "up to date'. Lain halnya, enempatkan kepuasan diri di sosial media dapat memicu krisis kepercayaan diri, kecemburuan dan merusak suasana hati. Perlu diingat bahwa setiap hal yang terdapat di sosial media dapat dijadikan sebagai pengalaman, pembelajaran serta motivasi dalam menempuh hidup. 

Rabu, 02 Mei 2018

Populasi dan Sampel


POPULASI DAN SAMPEL



Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Sosiolinguistik pada program Pascasarjana IAIN Parepare

Oleh
RAODHATUL JANNAH
NIM  : 17.0212.007


                   

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
2018
KATA PENGANTAR
            Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang "Populasi dan Sampel”.
            Makalah ini telah Penulis susun dengan maksimal, namun pnulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
            Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Parepare, 30 April 2018


Raodhatul Jannah







DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................            ii
ABSTRAK.....................................................................................................        iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................       1
B.    Rumusan Masalah...........................................................................       1
BAB II   PEMBAHASAN
A.    Populasi dan Sampel.......................................................................      2
B. Teknik Sampling..............................................................................     5
C. Teknik Penentuan Jumlah Sampel..................................................     11
BAB  III PENUTUP
A.    Simpulan.........................................................................................   14
Daftar Pustaka............................................................................   15









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik, seorang peneliti harus memahami konsep populasi dan sampel. Populasi merupakan keseluruhan objek/subjek penelitian, sedangkan sampel merupakan sebagian atau wakil yang memiliki karakteristik representasi dari populasi. Untuk dapat menentukan atau menetapkan sampel yang tepat diperlukan pemahaman yang baik dari peneliti mengenai sampling, baik penentuan jumlah maupun dalam menentukan sampel mana yang diambil. Kesalahan dalam menentukan populasi akan berakibat tidak tepatnya data yang dikumpulkan sehingga hasil penelitian pun tidak memiliki kualitas yang baik, tidak representatif, dan tidak memiliki daya generalisasi yang baik.
Pemahaman peneliti mengenai populasi dan sampel merupakan hal yang esensial. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang populasi dan sampel tersebut.
B.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk makalah ini adalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana definisi populasi dan sampel?
2.     Apa yang dimaksud dengan teknik sampling?
3.     Bagaimana teknik penentuan jumlah sampel?




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Populasi dan Sampel
Suatu penelitian dapat dilaksanakan dengan baik apabila seorang peneliti memahami konsep populasi dan sampel. Beberapa pengertian populasi antara lain bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.[1]
Dalam pengertian yang sama, disebutkan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.[2] Jadi sangat jelaslah bahwa populasi dapat berupa dan berbentuk apa saja, manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu yang dapat diteliti.
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sedangkan menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.[3]
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi keseluruhan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek itu. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif “mewakili”.
            Hal utama dalam penarikan sampel ialah penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan akan diwakili oleh sampel dalam penelitian. Akan tetapi, apabila kita tidak mampu mencapai seluruh populasi sasaran, maka kita harus menetapkan ciri-ciri bagian populasi yang dapat dijangkau “accessible population”. Dari populasi yang dapat dijangkau inilah peneliti mengambil sampel bagi penelitiannya yang dapat mencerminkan populasinya.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terjamin. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi.[4]


B.    Teknik Sampling
Metode dalam penentuan sampel dan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif disebut teknik sampling. Dalam hal ini, peneliti dapat menggunakan beberapa teknik sampling atau teknik pengambilan sampel. Secara skematis, teknik sampling ditunjukkan pada gambar di bawah ini:[5]


TEKNIK SAMPLING

Probability Sampling

Non Probability Sampling

1.   Simple random sampling
2.   Proportionate stratified random sampling
3.   Disproportionate stratified random sampling
4.   Area (cluster) sampling        (sampling menurut daerah)

1.   Sampling sistematis
2.   Sampling kuota
3.   Sampling incidental
4.   Purposive Sampling
5.   Sampling jenuh
6.   Snowball sampling
 









Gambar 2.1 Macam Teknik Sampling
1.     Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik sampel ini meliputi:
a.     Simple Random Sampling
dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Misalnya, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit Sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun table bilangan random.[6]
b.     Proportionate Stratified Random Sampling
Stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen. Dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah mahasiswa jurusan Tarbiyah dan Adab ada 150 orang, jumlah mahasiswa jurusan Syariah ada 120 orang dan jumlah mahasiswa jurusan Komunikasi dan Dakwah sejumlah 100 orang. Apabila peneliti akan mengklasifikasikan sampel menurut jurusan sebanyak 5%, maka cara mencari sampel untuk setiap jurusan adalah:


Tabel 2.1 Jumlah Populasi
Mahasiswa jurusan Tarbiyah dan Adab
150
Mahasiswa jurusan Syariah
120
Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Dakwah
100
Jumlah
370
Untuk tingkat signifikansi 5%, maka jumlah populasi mengacu kepada tabel Isaac and Michael maka jumlah sampel yang diperlukan adalah sebanyak 180 mahasiswa.
Selanjutnya adalah menghitung jumlah sampel untuk tiap jurusan, dengan rumus sebagai berikt:
1.     Untuk Jurusan Tarbiyah dan Adab sebanyak:
n = 150/370 x 180 = 73 mahasiswa
2.     Untuk Jurusan Syariah sebanyak:
n = 120/370 x 180 = 58 mahasiswa
3.     Untuk Jurusan Komunikasi dan Dakwah sebanyak:
n = 100/370 x 180 = 49 mahasiswa.
Teknik Proportionate Stratified Random Sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional.
c.     Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.[7]
d.     Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.[8] Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Contoh pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling adalah, di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh lainnya bila penelitian dilakukan terhadap populai pelajar SMU disuatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

2.     Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a.     Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b.     Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.
Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
c.     Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
d.     Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
e.     Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.[9]
f.      Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk rnenunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan wanita terhadap poligami. Peneliti cukup mencari satu orang wanita dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita tersebut untuk bisa mewawancarai teman lainnya.
C.    Teknik Penentuan Jumlah Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli.  Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.[10] Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil, berikut beberapa formula yang ditawarkan oleh para ahli.
1.     Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Rumus Slovin
Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus slovin dinyatakan sebagai:
n =
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.[11]
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
 = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2.     Rumus dari Isaac dan Michael
Metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael adalah cara untuk menentukan jumlah sampel yang memenuhi syarat berikut: (1) diketahui jumlah populasinya; (2) pada taraf kesalahan (significance level) 1%, 5% dan 10%
 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1 %, 5 % dan 10 %.
P = Q = 0,5. d= 0,05, s = jumlah sampel
Berikut diberikan tabelnya :
Tabel 2.1 Tabel Penentuan Jumlah Sampel dengan Taraf Kesalahan 1%, 5% dan 10%
N
Signifikansi
N
Signifikansi
1%
5%
10%
1%
5%
10%
10
10
10
10
280
197
155
138
15
15
14
14
290
202
158
140
20
19
19
19
300
207
161
143
25
24
23
23
320
216
167
147
30
29
28
28
340
225
172
151
35
33
32
32
360
234
177
155
40
38
36
36
380
242
182
158
45
42
40
39
400
250
186
162
50
47
44
42
420
257
191
165
55
51
48
46
440
265
195
168
60
55
51
49
460
272
198
171
65
59
55
53
480
279
202
173
70
63
58
56
500
285
205
176
75
67
62
59
550
301
213
182
80
71
65
62
600
315
221
187
85
75
68
65
650
329
227
191
90
79
72
68
700
341
233
195
95
83
75
71
750
352
238
199
100
87
78
73
800
365
243
202
110
94
84
78
850
373
247
205
120
102
89
83
900
382
251
208
130
109
95
88
950
391
255
211
140
116
100
92
1000
399
258
213
150
122
105
97
1100
414
265
217[12]
Berdasarkan rumus tersebut dapat di hitung  jumlah sampel dari populasi mulai dari 10. Dari tabel diatas terlihat bahwa, makin besar taraaf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh : untuk populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1 % jumlah sampelnya 399, untuk taraf kesalahan 5 % jumlah sampelnya  258  dan untuk tarafnya 10% jumlah sampelnya 213.






BAB III
PENUTUP
A.   Simpulan
Berdasarkan pemaparan materi di bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat dipetik dalam makalah ini adalah:
1.     Populasi merupakan keseluruhan objek/subjek penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi.
2.     Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate tratified random dan area random. Nonprobability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling.
3.     Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil, dapat dilakkan dengan dua cara yaitu dengan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Rumus Slovin dan rumus dari Isaac dan Michael







DAFTAR PUSTAKA



Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidika. Jakarta: Rineka Cipta.
Martono, Nanang. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Grafindo Persada.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi”. Bandung: Alfabeta.
Yuni. “Chapter 4 Metode Penelitian”. Diakses dari situs pribadi http://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/





[1]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 119.
[2]Margono, Metodologi Penelitian Pendidika (Jakarta: Rineka Cipta. 2004), h. 118.
[3]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 120.
[4]Margono, Metodologi Penelitian Pendidika (Jakarta: Rineka Cipta. 2004), h. 121.
[5]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 122.
[6]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 123.
[7]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 123.
[8]Margono, Metodologi Penelitian Pendidika (Jakarta: Rineka Cipta. 2004), h. 127.
[9]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 126.
[10]Ambar Retno, Populasi dan Sampel, diakses dari website resmi https://www.academia.edu/11312318/POPULASI_DAN_SAMPEL (diakses tanggal 27 April 2018).
[11]Yuni, “Chapter 4 Metode Penelitian” diakses dari situs pribadi http://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/ (diakses tanggal 28 April 2018).
[12]Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 131.

Awas! Sosial Media Dapat Memicu Krisis Kepercayaan Diri!

      Dalam kehidupan masyarakat yang akses terhadap sosial media sangat mudah dilakukan dengan smartphone, banyak remaja yang menghabiskan...