Senin, 01 Januari 2018

POWER POINT "PEMBAGIAN FIIL BERDASARKAN SHIGATNYA & FIIL MABNI MAJHUL"




























PEMBAGIAN FIIL BERDASARKAN SHIGATNYA & FIIL MABNI MAJHUL

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai umat Islam, Kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-Quran dan sunnah sebagai dua sumber utama ajaran Islam yang harus Kita pegang teguh. Tentunya, Kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahui kaedah-kaedah bahasa Arab, khususnya ilmu Sharaf dan Nahwu. Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Quran dan sunnah.
Ketika hendak mempelajari sharaf dan nahwu, kebanyakan kalangan umat Islam masih mempunyai pandangan bahwa belajar bahasa Arab itu sulit. Sehingga banyak juga yang merasa malas untuk mempelajari kaedah-kaedah bahasa Arab.
Untuk mempermudah umat Islam dalam memahami kaedah-kaedah tersebut, Penulis berinisiatif membuat makalah ini yang membahas mengenai pembagian salah satu cabang dari fiil. Sebab kedudukan dan pengaplikasiannya yang belum banyak orang ketahui serta terdapat pengecualian-pengecualian tertentu. Untuk itulah Penulis mengangkat tema Fiil Berdasarkan Sighatnya serta Fiil Mabni Majhul.
B.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang Penulis angkat pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.     Jelaskan pembagian fiil berdasarkan sighatnya!
2.     Jelaskan mengenai fiil mabni majhul!



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembagian Fiil Berdasarkan Sighatnya
            Pembagian fiil berdasarkan shigatnya terbagi menjadi tiga, yaitu: fiil madhi, fiil mudhari dan fiil amar.
1. Fiil madhi, yaitu kata yang menunjukkan suatu kejadian (perbuatan) yang telah lampau.
2. Fiil Mudhari, yaitu kata yang menunjukkan suatu kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang.
3. Fiil Amar, yaitu kata yang menunjukkan makna perintah.[1]
Fiil Amar
Fiil Mudhari
Fiil Madhi
أُنْصُرْ
يَنْصُرُ
نَصَرَ
اِفْتَحْ
يَفْتَحُ
فَـَحَ
اِعْلَمْ
يَعْلَمُ
عَلِمَ

1. Cara Pembentukan Fiil Mudhari dari Fiil Tsulatsi Mujarrad
            Sebagaimana yang telah dipelajari pada pembahasan sebelumnya, bahwa fiil tsulatsi mujarrad adalah fiil yang seluruh huruf madhinya adalah huruf asli (tanpa tambahan).
            Cara pembentukan fiil mudhari dari fiil tsulatsi mujarrad adalah dengan menambahkan salah satu huruf mudhara’ah pada awal fiil mudharinya dan mengubah harakat ‘ain fiilnya pada fiil mudhari dari harakat sebelumnya pada fiil madhi.[2]
            Huruf mudhara’ah adalah huruf yang menjadi ciri khas dari fiil mudhari. Huruf mudhara’ah tersebut berupa huruf hamzah (أ), nun (ن), ya’ (ي), dan ta’ (ت), yang biasa disebut أنيت, atau نَأَيْتُ atau أَتَيْنَatau نَأْتِيْ.[3]
            Contoh fiil madhi : كَتَبَ (telah menulis)
Keterangan
جمع
(>3)
مثنى
(2)
مفرد
(1)
Orang ketiga (pa)
لِلغَائبِ
يَكْتُبُوْنَ
يَكْتُبَانِ
يَكْتُبُ
Orang ketiga (pi)
لِلغَائِبَةِ
يَكْتُبْنَ
تَكْتُبَانِ
تَكْتُبُ
Orang kedua (pa)
لِلمُخَاطَبِ
تَكْتُبُوْنَ
تَكْتُبَانِ
تَكْتُبُ
Orang kedua (pi)
لِلمُخَاطَبَةِ
تَكْتُبْنَ
تَكْتُبَانِ
تَكْتُبِيْنَ
Orang pertama
لِلمُتَكَلِّمِ
نَكْتُبُ
أَكْتُبُ

2. Cara Pembentukan Fiil Amar dari Fiil Mudhari dengan Menghilangkan Huruf Mudhara’ahnya
·       Apabila setelah huruf mudhara’ahnya terdapat huruf yang berharakat, maka pembentukan fiil amarnya cukup dengan menghilangkan huruf mudhara’ahnya saja.
Contoh: يَتَقَدَّمُ – تَقَدَّمْ ,يُعَاوِنُ – عَاوِنْ
·       Apabila setelah huruf mudhara’ahnya sukun, maka ditambah hamzah washal dan mengubah harakat hamzah washal tersebut menjadi kasrah apabila ‘ain fiilnya berharakat kasrah atau fathat dan menjadi dhammah apabila ‘ain fiilnya berharakat dhammah.
Penjelasan
الأمر
المضارع
·       Setelah huruf mudhara’ahnya sukun
·       ‘ain fiilnya berharakat kasrah atau fathah
اِجْلِسْ
يَجْلِسُ
اِفْتَحْ
يَفْتَحُ
·       Setelah huruf mudhara’ahnya sukun
·       ‘ain fiilnya berharakat dhammah
أُكْتُبْ
يَكْتُبُ
أُنْصُرْ
يَنْصُرُ
·       Kecuali pada wazan ( أَفْعَلَ ), hamzah qata’ah yang dihilangkan pada fiil mudharinya dikembalikan pada fiil amarnya.
الأمر
المضارع
الماضي
أَكْرِمْ
يُكْرِمُ
أَكْرَمَ
أَحْسِنْ
أَحْسَنَ
أَحْسَنَ

3. Tidak Membentuk Fiil Amar dari Fiil-fiil yang Berwazan ( فَعُلَ – يَفْعُلُ )
            Baik, bagus
حَسُنَ
Mulia
شَرُفَ
Buruk
قَبُحَ
Indah
جَمُلَ
*Fiil yang berwazan فَعُلَ – يَفْعُلُ menunjukkan makna perangai atau tabiat yang tetap

4. Wazan Fiil Tsulatsi Mujarrad
            Diketahui bahwa sighat fiil tsulatsi mujarrad ditentukan oleh harakat ‘ain  fiilnya. Fiil tsulatsi mujarrad mempunyai enam wazan yaitu:
معنى
المثال
فعل الامر
فعل المضارع
فعل الماضى
Membuka
فَتَحَ – يَفْـتَحُ - اِفْتَحْ
اِفْعَلْ
يَفْعَلُ
فَعَلَ
Menolong
نَصَرَ – يَنْصُرُ - أُنْصُرْ
أُفْعُلْ
يَفْعُلُ
Duduk
جَلَسَ – يَجْلِسُ – اِجْلِسْ
اِفْعِلْ
يَفْعِلُ
Mengetahui
عَلِمَ – يَعْلَمُ – اِعْلَمْ
اِفْعَلْ
يَفْعَلُ
فَعِلَ
Menghitung
حَسِبَ – يَحْسِبُ – اِحْسِبْ
اِفْعِلْ
يَفْعِلُ
Menjauh
بَعُدَ – يَبْعُدُ – أُبْعُدْ
أُفْعُلْ
يَفْعُلُ
فَعُلَ

·       Apabila terdapat fiil yang huruf awalnya (و) dan ‘ain fiilnya berharakat kasrah pada fiil mudharinya, maka dihapus fa’ fiilnya pada fiil mudharinya.
معنى
فعل المضارع
فعل الماضى
Berjanji
يَعِدُ
وَعَدَ
Melemahkan
يَهِنُ
وَهَنَ
Meyakini
يَثِقُ
وَثَقَ

·       Dan seperti itu pula apabila terdapat fiil yang ‘ain fiilnya berharakat fathah pada fiil mudharinya dan lam fiilnya merupakan huruf halqah ( أ ,ه ,ع ,ح ,غ ,خ).
معنى
حروف الحلق
فعل المضارع
فعل الماضى
Meletakkan
عين (ع)
يَضَعُ
وَضَعَ
Jatuh, terjadi
عين (ع)
يَقَعُ
وَقَعَ
Memuat, meliputi
عين (ع)
يَسَعُ
وَسِعَ
Menginjak, melalui
همزة (أ)
يَطَأَ
وَطِئَ

·       Dan tidak diperbolehkan menghilangkan huruf awalnya kecuali pada keadaan tersebut.
معنى
فعل المضارع
فعل الماضى
Membayangkan
يَوْهَمُ
وَهِمَ
Khawatir, takut
يَوْجِلُ
وَجِلَ

·       Yang dihilangkan huruf awalnya pada fiil mudharinya, dihilangkan pula pada fiil amarnya.
معنى
فعل الامر
فعل المضارع
فعل الماضى
Meletakkan
ضَعْ
يَضَعُ
وَضَعَ
Berjanji
عِدْ
يَعِدُ
وَعَدَ

1. Bina Lafif Mafruq, adalah fiil yang di dalamnya terdapat dua huruf ‘illat yang kedua-duanya terpisah. Seperti:
·       وَفَى–يَفِي–فِ  (Menempati/memenuhi)
·       وَقَى– يَقِي - قِ  (Kuat)  
           
2. Bina Ajwaf, adalah fiil yang ‘ain fiil pada fiil madhi dan mudharinya adalah alif, dan wazan fiil mudharinya ( يَفْعَلُ ).
·       خَافَ  -  يَخَافَ  (Takut)
·       نَالَ  -  يَنَالُ    (Berhasil)  
Bina ajwaf sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu ajwaf waw dan ajwaf ya’. Berikut penjelasannya:
·       Ajwaf waw, adalah apabila wazan fiil mudharinya ( يَفْعُلُ ), dan huruf alif pada fiil mudharinya menjadi huruf (و) dan dipanjangkan.
·       صَامَ  -  يَصُوْمُ  (Berpuasa)
·       حَامَ  -  يَحُوْمُ (Menunggu) 
·       Ajwaf ya’, adalah apabila wazan fiil mudharinya ( يَفْعِلُ ), dan huruf alif pada fiil mudharinya menjadi huruf (ي) dan dipanjangkan.
·       صَادَ  -  يَصِيْدُ (Berburu)
·       بَاعَ  -  يَبِيْعُ(Menjual)   

B. Fiil Mabni Majhul
            Fiil bila ditinjau dari segi fa’ilnya (pelakunya) terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Fiil ma’lum, fiil yang menyebutkan fa’ilnya di dalam kalimat.
2. Fiil majhul, yaitu fiil yang menghilangkan failnya karena suatu tujuan. Adapun tujuan tersebut ialah sebagai berikut:
·       Karena sudah dimaklumi (diketahui)
·       Karena belum diketahui dan tidak mungkin dapat ditentukan
·       Karena lebih suka merahasiakan failnya, walauoun failnya sudah diketahui
·       Karena ada kekhawatiran jika dijelaskan failnya
·       Karena merasa takut untuk menjelaskan failnya
·       Karena menghormati failnya
·       Karena tidak membawa faedah jika failnya disebutkan. [4]
1. Membuat Fiil Madhi Majhul dari Fiil Madhi Ma’lum
a. Apabila terdapat fiil madhi yang tidak mu’tal dan tidak didahului hamzah washal dan ta’ zaidah, maka huruf pertamanya dibaca dhammah dan huruf sebelum akhirnya dibaca kasrah.
Ditulis
كُتِبَ
Menulis
كَتَبَ
Dibubarkan
بُعْثِرَ
Membubarkan
بَعْثَرَ

b. Apabila didahului oleh hamzah washal, maka didhammah huruf pertama dan ketiganya.
Dihancurkan
أُنْطُلِقَ
Menghancurkan
اِنْطَلَقَ
Ditarik
أُسْتُخْرجَ
Menarik keluar
اِسْتَخْرَجَ


c. Apabila didahului ta’ zaidah, maka dhammah huruf pertama dan keduanya.
Dipelajari
تُعُلِّمَ
Belajar
تَعَلَّمَ
Digelindingkan
تُدُحْرِجَ
Menggelinding
تَدَحْرَجَ

d. Apabila maad (panjang) ‘ain fiilnya seperti ( قَالَ ,بَاعَ ), maka bentuk fiil majhulnya seperti ( قِيْلَ ,بِيْعَ ).
Dikatakan
قِيْلَ
Berkata
قَالَ
Dijual
بِيْعَ
Menjual
بَاعَ
Ditulis
كُوْتِبَ
Menulis
كَاتَبَ

2. Membentuk Fiil Mudhari Majhul dari Fiil Mudhari Ma’lum
·       Untuk membentuk fiil mudhari majhul dari fiil mudhari ma’lum, maka huruf sebelum akhirnya dibaca fathah dan huruf pertamanya dibaca dhammah (yakni huruf mudhara’ahnya).
يُكْتَبُ
يَكْتُبُ
يُسْتَخْرَجَ
يَسْتَخْرَجَ
·       Apabila terdapat huruf tambahan sebelum huruf akhirnya pada fiil mudharinya, maka ditukar huruf tambahan tersebut dengan alif.
يُقُالُ
يَقُوْلُ
يُبَاعُ
يَبِيْعُ

3. Membentuk Fiil Amar dari fiil majhul
Adapun fiil amar, selamanya tidak bisa menjadi majhul. Fiil amar tidak dapat terbentuk kecuali pada fiil ma’lum.


4. Adapun fiil majhul dari wazan fiil tsulatsi semuanya berbentuk wazan
 ( فُعِلَ – يُفْعَلُ  )
يُنْصَرُ
نُصِرَ
يُضْرَبُ
ضُرِبَ

·       Dan adapun wazan-wazan fiil tsulatsi adalah sebagai berikut:
يُعَلَّمُ
يُفَعَّلُ
يُشَارَكُ
يُفَاعَلُ
يُحْسَنُ
يُفَعَلُ
يُتَدَارَكُ
يُتَفَاعَلُ
يُسْـَعْلَمُ
يُسْتَفْعَلُ

·       Dan begitu pula pada wazan fil ruba’inya, seperti:
·       دُحْرَجُ - يُدَحْرَجُ
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Pembagian fiil berdasarkan shigatnya terbagi menjadi tiga, yaitu: fiil madhi, fiil mudhari dan fiil amar. Fiil madhi, yaitu kata yang menunjukkan suatu kejadian (perbuatan) yang telah lampau. Fiil Mudhari, yaitu kata yang menunjukkan suatu kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang. Sedangkan fiil Amar, yaitu kata yang menunjukkan makna perintah.
Cara pembentukan fiil mudhari dari fiil tsulatsi mujarrad adalah dengan menambahkan salah satu huruf mudhara’ah pada awal fiil mudharinya dan mengubah harakat ‘ain fiilnya pada fiil mudhari dari harakat sebelumnya pada fiil madhi. Huruf mudhara’ah adalah huruf yang menjadi ciri khas dari fiil mudhari. Huruf mudhara’ah tersebut berupa huruf hamzah (أ), nun (ن), ya’ (ي), dan ta’ (ت).
Fiil bila ditinjau dari segi fa’ilnya (pelakunya) terbagi menjadi dua, yaitu: Fiil ma’lum, fiil yang menyebutkan fa’ilnya di dalam kalimat. Fiil majhul, yaitu fiil yang menghilangkan failnya karena suatu tujuan.
Fiil amar selamanya tidak bisa menjadi majhul. Fiil amar tidak dapat terbentuk kecuali pada fiil ma’lum.






DAFTAR PUSTAKA

Mu’minin, Imam Saiful. 2008. Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: Amzah.
Nahar, Hadi.  2010. as-Sharfu al-Wafi. Urdun: Modern Book World.
Hamid, Muhammad Muhyidin Abdul. 2010. Ilmu Nahwu. Jogjakarta: Media Hidayah.
al-Ghalayaini, Mustafa. 1973. Jamiud Durisil Arabiyah. Beirut: Darul Hadits.



[1]Imam Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf (Jakarta: Amzah, 2008) h. 187.
[2]Hadi Nahar, as-Sharfu al-Wafi (Urdun: Modern Book World, 2010), h. 285.
[3]Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Ilmu Nahwu (Jogjakarta: Media Hidayah, 2010), h. 123 
[4]Mustafa al-Ghalayaini, Jamiud Durisil Arabiyah (Beirut: Darul Hadits, 1973) h. 251.

Awas! Sosial Media Dapat Memicu Krisis Kepercayaan Diri!

      Dalam kehidupan masyarakat yang akses terhadap sosial media sangat mudah dilakukan dengan smartphone, banyak remaja yang menghabiskan...